Selasa, 09 Februari 2010

BANGUNAN PRACETAK

Membangun sebuah bangunan gedung layaknya menggunakan LEGO? Sedikit menggelitik. Dengan lego kita memang dapat mebuat berbagai bentuk bahkan maket bangunan sekalipun, tapi lego seperti dipahami orang dibuat hanya untuk sebentar saja. Selain itu, dengan sistem lego, dengan meletakkan tonjolan di atas masing-masing bloknya dan bobotnya yang relatif ringan, memungkinkan itu terjadi. Namun jika kita mundur ke belakang maka hal itu bukanlah sesuatu yang baru.
Kuil Parthenon di Yunani, dibuat dengan cara menumpuk bebatuan, memilihnya, mengunakan sesuai ukuran dan memahatnya untuk kemudian disusun menjadi sebuah bangunan yng sekarang kira lihat puingnya. Lebih jauh lagi, kaum fir'aun, menumpuk bebatuan dari gunung yang didatangkan dari jauh, satu per satu hingga menjadi bangunan yang sekarang kita lihat. Dan terakhir di negeri sendiri yaitu candi borobudur. Semuanya dibangun dengan membuat bagian-bagian bangunan di luar lokasi pembangunan untuk kemudian dipasang pada lokasi yang sudah direncanakan.
Dengan teknologi yang ada saat ini, maka teknik membangun ini menjadi terbuka kembali. Kemajuan di bidang metalurgi menghasilkan baja yang dijadikan tulangan pada struktur bangunan masa kini. Di bagian kimia menghasilkan semen, admixture dan lain sebagainya sebagai material bangunan. Di bidang teknik mesin, hidrolika dan angkutan, kita kenal mobile crane. Sehingga untuk melaksanakan sistem pracetak pun semakin mudah dilakukan.
Seperti halnya lego, dengan sistem pracetak, kolom, balok, plat atau bagian lainnya pada sebuah bangunan dibuat di luar lokasi pengerjaan untuk kemudian dipasangkan. Awalnya adalah sebuah bangunan yang sudah direncanakan dipecah menjadi bagian-bagian kecil. Bagian-bagian tersebut dikumpulkan dan diidentifikasi. Setelah itu secara bertahap dan berurutan bagian-bagian tersebut diproduksi. Selanjutnya bagian-bagian tersebut dipasang pada posisi sesuai rencana.
Saat ini ada kurang lebih 27 macam sistem pracetak yang dihasilkan oleh putra-putri Indonesia. Salah satunya adalah sistem NINDYA SPIRCON, yang diilhami oleh Bpk. Lutfi Faisal dan saat ini dipegang lisensinya oleh PT. NINDYA KARYA (Persero). Sistem ini membagi struktur bangunan (terutama bagian atas) menjadi tiga bagian utama dan bagian penunjang lainnya. Ketiganya yaitu Kolom, Balok dan Plat. Keunikan sistem ini ada pada sistem sambungan antara balok dan kolom, serta kolom dan kolom dimana sistem ini menggunakan besi yang dibentuk sedemikian rupa sehingga meyerupai coil atau per, yang disebut sebagai spiral. Spiral ini yang menghubungkan pembesian antara bagian-bagian bangunan ini untuk kemudian digrout. Plat lantai diletakkan di atas balok yang sudah disusun tadi. Beberapa bangunan rumah susun sudah didirikan dengan menggunakan sistem ini. Salah satunya di Pinang Elok, Jakarta. Pengembangan untuk menjadikan sistem ini menjadi lebih baik masih dilakukan dengan harapan sistem ini dapat menjadi salah satu sistem yang dapat diandalkan dalam mendirikan bangunan gedung, tidak hanya hunian namun jenis lainnya.