Jumat, 25 Desember 2009

MENSIASATI GAMBAR KERJA

Dunia konstruksi pada masa yang saya jalani sudah mengenal teknologi komputer sebagai sarana pembantu jalannya pekerjaan. Salah satu yang tersentuh adalah dalam mengolah gambar kerja. Seperti yang telah saya ulas sebelumnya gambar kerja adalah dasar dalam melaksanakan pekerjaan di lapangan, sehingga kecepatan dan ketepatan gambar kerja menjadi kuncinya.
Namun, gaya bekerja dalam menggambar belum berubah (setidaknya dari beberapa pekerjaan yang saya ikuti). Kebiasaan dalam menggambar di atas kertas diterjemahkan langsung ke dalam software. Padahal perkembangan komputer sudah sangat maju, sehingga media komputer bukan lagi sebagai pengganti namun juga dapat digunakan sebagai media pengatur (manage).
Beberapa kasus yang sering terjadi adalah :
1. Menggambar dalam bidang gambar model, sehingga mulai dari gambar yang berskala kecil hingga besar ada di sana. Lengkap dengan anotasi, dimensi dan notasi lainnya. Sebuah gambar denah di buat dalam media tersebut, kemudian detil yang dikembangkan dari denah tersebut ditarik (dicrop) dari denah dan diperbesar skalanya kemudian dijadikan gambar detil. Lengkap dengan anotasi, notasi dan dimensinya.
2. Metode untuk mencetak yang dilakukan oleh metode 1 (satu) di atas adalah dengan menandakan area yang akan diprint, satu demi satu.
3. Skala di atur langsung dari dalam model
4. Setting cetak di atur kemudian, per satu kali cetakan.

Permasalahan yang seringkali terjadi adalah :
Ketika mencetak untuk skala yang lebih kecil atau besar, huruf harus disetting ulang, dan berulang
Ketika ada editing yang berkaitan mulai dari gambar lay out hingga ke detil, maka gambar yang harus diubah lebih banyak, seperti halnya menggambal di atas kertas
Mencetak beberapa gambar harus berulang-ulang, setting perlu di perhatikan kembali setiap kali harus mencetak.

Untuk menghindari hal tersebut, saya beserta tim melakukan hal sebagai berikut :
1. Sebagai dasar gambar kami tetap menggambar di dalam model. Namun untuk kepentingan pencetakan kami menggunakan lay out, yang sudah kami setting sebelumnya.
2. Gambar detil kami lakukan langsung pada gambar lay out, denah atau gambar skala besar yang dijadikan acuan. Sehingga perubahan hanya dilakukan pada satu atau dua gambar saja.
3. Dimensi, anotasi, dan notasi dilakukan di lay out.

Keuntungan yang kami dapat saat itu adalah kecepatan menggambar kami meningkat dengan mutu gambar yang lebih baik. Ketidaksesuaian gambar bisa kami kurangi, dan pencetakan dilakukan lebih cepat. Selain itu secara tidak langsung kami mencoba untuk memanage file gambar kami.

Sabtu, 19 Desember 2009

MENSIASATI BIAYA K3

Biaya K3 yang seringkali membengkak adalah biaya pembelian alat K3, penggantian piranti yang hilang oleh para pekerja, dan bengkaknya biaya kebersihan di lapangan. Mengingat hal tersebut selalu terjadi di beberapa lokasi pekerjaan, maka di lokasi ini, kami merencanakan program untuk mensiasati hal ini :
1. Kepada Sub Kont dan Mandor atau pihak-pihak ketiga yang bekerja di lingkungan kerja kami, harus mengikuti program k3 sehingga keseragaman pun harus diikuti. Keluhan mengenai biaya harus ditanggung kami coba pecahkan dengan sistem pinjam. Artinya kelengkapan yang kami berikan adalah pinjaman dari kami kepada pihak tersebut yang harus dikembalikan ketika pekerjaan sudah selesai. Dengan pencatatan yang kontinu dan tertulis kami mendata alat yang kami keluarkan. Jika sebelum saatnya sudah hilang/rusak secara semestinya, maka pihak yang menghilangkan/merusak wajib menggantinya baik dengan cara membeli sendiri atau kami belikan dengan dipotong hasil opname. Alat tersebut menjadi milik kami karena yang sebelumnya sudah di hilangkan.
2. Untuk penggunaan, maka setiap hari alat tersebut wajib dikembalikan yang jika tidak dilakukan maka menjadi tanggung jawab sang pemegang.
3. Untuk kebersihan, maka sebelum pembayaran dilakukan harus ada pernyataan bersama yang mengungkapkan bahwa area kerja mereka sudah bersih dan teratur.
4. Ketegasan antar tim dikukuhkan, dengan dukungan penuh pihak manajemen terhadap komitmen ini.

Rencana tersebut sesungguhnya dalah pengalam dari pihak lain yang coba kami terapkan di lingkungan kerja kami dengan harapan menghasilkan pekerjaan yang lebih baik.

Rabu, 12 Agustus 2009

SEKELUMIT MENGENAI REVIEW DESIGN DALAM PROYEK

Selama dalam pengerjaan proyek seringkali ditemui pekerjaan-pekerjaan yang harus ditinjau ulang kemudian direncanakan kembali baru dikerjakan oleh pihak kontraktor. Lingkupnya ada yang besar dan juga ada yang kecil. Faktor penyebab perubahan tersebut juga beragam, seperti kondisi alam yang ternyata berbeda dari perkiraan semula, perubahan site semenjak di adakan anwijing sampai dengan serah terima lahan, perubahan struktur karena keinginan untuk efisiensi dan perubahan design karena keinginan pihak owner untuk menghasilkan income lebih dengan menyediakan space yang lebih banyak.


Yang terpenting adalah ketika terjadinya perubahan, maka perubahan tersebut sudah harus disetujui oleh pihak yang terkait, seperti MK, Perencana dan Kontraktor, tergantung pada sistem manajemen konstruksi yang berlaku dilapangan. Dokumennya dapat berupa risalah rapat tertulis, gambar skets yang ditandatangani bersama, kemudian digambar ulang secara teknis dan ditandatangani bersama lagi, atau gambar shop drawing yang direvisi bersama. Ke semuanya harus segera ditindaklanjuti dengan meminta surat resmi yang menyatakan perubahan tersebut agar dapat ditagihkan kepada pihak owner. Jika kelengkapan administrasi sudah selesai di susun, segera mengajukan permintaan pekerjaan tambah kepada pihak owner. Penundaan penagihan ini akan berakibat pada buntunya permintaan kerja tambah ini dikarenakan :

  1. Perubahan pejabat yang berwenang, sehingga pejabat yang baru tidak mau atau bahkan tidak menyetujui perubahan tersebut,

  2. Pihak yang sudah menandatangani dipindah atau lupa mengenai perjanjian yang sudah dibuat sehingga tidak mengakui pekerjaan tambah tersebut,

  3. Dokumen di pihak owner tercecer dan kurang menanggapi kerja tambah tersebut atau membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengurusnya pekerjaan tambah tersebut,

  4. Dari pihak kontraktor sendiri ada perubahan struktur organisasi sehingga orang yang bersangkutan sudah pergi dan urutan kejadiannya terputus, akibatnya pada saat negosiasi harga pihak owner dapat dengan mudah menawar lebih rendah dari yang diharapkan,

  5. Jika baru pada akhir-akhir pekerjaan baru ditagihkan, maka pihak owner cenderung untuk menunda-nunda, atau menggunakan harga yang lama, yaitu pada saat tender dahulu dengan harapan biaya untuk kerja tambah menjadi berkurang,bahkan yang ekstrem adalah membatalkannya, karena pertimbangan sederhananya nothing to loose bagi mereka. Penundaan penagihan kerja tambah ini juga berakibat pada beban biaya yang dihadapi oleh pihak kontraktor, misal pada saat pengerjaan kerja tambah tersebut harga 1 zak semen masih berkisar Rp. 58.000, kemudian pada saat penagihan (hampir 1 tahun kemudian) sudah beranjak menjadi Rp. 68.000. Selisih ini yang cenderung tidak disetujui oleh owner karena alasannya pekerjaan dilakukan pada harga 58.000 padahal untuk mengerjakan kerja tambah tersebut pihak kontraktor menggunakan material dari pekerjaan standar, dan akibatnya kebutuhan material yang sudah diprediksi menjadi bengkak, dan pada saat perubahan harga pihak ketiga menggunakan harga baru, walau sudah menggunakan kontrak payung. Intinya penundaan tersebut berakibat pihak kontraktor harus menanggung biaya time value of money-nya.

Pada proyek bangunan gedung, yang seringkali terjadi adalah perubahan design denah bangunan. Perubahan denah ini akan sangat berpengaruh terhadap sistem M/E dan pekerjaan arsitektur-nya seperti pintu, jendela, list, dan pekerjaan-pekerjaan ornamen. Kadangkala, karena pihak perencana tidak lagi mau terlibat dalam proyek tersebut karena satu atau lain hal, maka owner meminta agar kontraktor-lah yang mendesain ulang. Biasanya perubahannya pun tidak mendasar, dan terfokus pada beberapa bagian saja. Jika itu terjadi, disarankan agar memiliki SDM yang benar-benar mampu mendesain, sehingga perubahan dari desain semula jelas dan sistem M/E dapat mengikuti dan jika ragu lebih baik berkonsultasi dengan pihak yang ahli dalam bidangnya, misalnya konsultan arsitektur atau desain interior, jika perubahan adalah berupa desain interior sebuah ruangan. Dengan begitu diharapkan desain yang diusulkan cepat putus, dan dapat memberi keuntungan tambahan bagi pihak kontraktor. Kalau perlu dapat dinegosiasikan mengenai fee untuk desain tersebut, karena pastinya dalam kontrak kerja pihak kontraktor tidak ada pekerjaan untuk mendesain. Selain itu, disarankan agar baru memulai pekerjaan ketika desain yang diusulkan sudah putus dengan bukti penandatanganan bersama dari pihak-pihak yang terkait sebagai bukti de jure adanya perubahan.


Pekerjaan tambah bukanlah hal yang tabu, yang penting dilakukan adalah melengkapinya dengan dokumen-dokumen yang berkaitan, tidak menunda-nunda penagihan dan kepastian hukum (terkait dalam kontrak kerja).


Semoga berguna, mohon maaf jika ada yang salah.

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PEKERJAAN DINDING LUAR PREFAB

1.Dinding prefab bukanlah benda yang ringan, pastikan pelaksanaan K3 berjalan dengan baik ketika masa pemindahan, pengangkutan dan rection di lokasi yang sudahap harus ditentukan.
2.Sekalipun dinding prefab adalah pekerjaan yang dilakukan pada posisi normal, namun kontrol terhadap pelaksanaan pekerjaan tetap dilakukan, terutama pada opening-opening dan ornamen yang terdapat pada dinding tersebut, karena ketika dipasang maka secara bersama-sama semua dinding tersebut akan membentuk pola yang teratur, kalau ada hal yang tidak sinkron akan langsung terasa dan perbaikannya selain sulit akan menelan biaya yang tidak sedikit.
3.Sambungan dinding prefab dengan kontruksi utama harus benar-benar sesuai dengan gambar kerja dan ketentuan yang berlaku mengenai sambungan las. Tukang las nya pun harus memiliki keahlian yang benar teruji dan bahkan jika perlu bersertifikat sesuai kebutuhan dari instansi yang dapat dipercaya. Hal ini penting dilakukan karena seperti halnya daun pintu yang bergantung pada engsel untuk menahan bebannya, maka prefab pun bergantung pada sambungan yang dilas tersebut. Pastikan pula materialnya sesuai dengan spesifikasi.
4.Celah pertemuan antara prefab dengan struktur utama dan prefab dengan prefab adalah kelemahan sistem ini, oleh karena itu harus diperhatikan khusus mengenai grouting yang dilakukan dan atau sealant-nya. Karena posisinya yang diluar, maka salah satu fungsinya adalah menahan air hujan, maka diharusnya celah tersebut tertutup rapat.
5.Pastikan konstruksi utama tempat dinding-dinding tersebut bersandar sesuai dengan gambar kerja, terutama pada pembesian. Mutu beton di area sini pun harus baik, ingatlah bahwa prefab bukanlah barang ringan.

Selasa, 11 Agustus 2009

GRC BOARD ALTERNATIF MATERIAL UNTUK DINDING, PLAFOND BAHKAN LISPLANG BANGUNAN

Dinding sebagai pemisah ruangan dalam sebuah bangunan dapat dibuat dari berbagai material. Dahulu ada batu yang disusun sedemikian rupa, atau kayu dan juga bambu. Pada masa sekarang ini ada beberapa material baru yang dapat dijadikan alternatif sebagai material untuk membuat dinding. Salah satu material tersebut adalah GRC Board.
GRC Board adalah material papan yang terbuat semen fiber-glass. Dengan ketebalan bervariasi antara 5 s/d 10 mm, GRC dapat digunakan sebagai dinding partisi, cover kolom bahkan sebagai plafond dalam ruang. Dimensi standar yang dikeluarkan adalah 1220 x 2440. Ada 2 (dua) tipe GRC board yaitu tipe rata, square edge (SE) yaitu GRC board yang memiliki tepi yang rata pada setiap bagiannya dan tipe landai, recessed edge (RE) yaitu GRC yang memiliki tepi landai pada keempat sisinya atau sesuai permintaan. Kelebihan tipe RE adalah dalam aplikasi sistem nat yang tertutup. Dengan tepinya yang landai tipe RE dapat dengan mudah dibuat rata dan ketidakrataan dinding akibat pekerjaan kompon dapat diminimalisir.
Selain GRC board, ada juga produk fiber flat dimana produk ini dapat digunakan sebagai pengganti triplek sebagai material penutup plafond. Selain dimensi standar, jenis ini memiliki dimensi lainnya agar memudahkan dalam pemasangan yaitu 600 x 1200 mm. Ketebalannya hanya 4 mm.
Dalam gambar dapat dibaca mengenai data teknis secara detil.
Seiring dengan isu pemanasan global, serta semakin sulit dan mahalnya bahan bangunan yang terbuat dari kayu, mungkin jenis material ini dapat dijadikan bahan pertimbangan, tentunya tanpa mengorbankan tujuan akhir dari dibuatnya dinding tersebut. Dari paparan yang sudah diadakan, material ini pun dapat difinish sebagaimana dinding dari bata difinish, dicat, pasang wallpaper bahkan dipasang keramik. Untuk kekuatan, tentunya dinding dari material ini mungkin tidak akan sekuat dinding bata konvensional.
Dengan metode pemasangan rangka yang dapat dibuat dari kayu atau metal zincalume, celah yang terdapat di antara kedua lapisan GRC, dapat diisi dengan instalasi ME bahkan dengan bahan soundproof. Pekerjaan pun akan jauh lebih cepat dilaksanakan.
Pada kesimpulannya, material ini memiliki beberapa keunggulan yang bisa dipertimbangkan, yaitu :
1.Waktu pengerjaan yang lebih cepat dan lebih rapi daripada pengerjaan dinding konvensional,
2.Lebih tahan terhadap kelapukan, rayap dan jamur
3.Mudah pemasangannya dan juga maintenance pada saat penggantian material yang rusak
4.Pada saat pengerjaan, lokasi kerja dapat lebih bersih daripada pengerjaan dinding konvensional
5.Dengan kemudahan dan waktu pengerjaan yang lebih cepat maka berpotensi menghemat biaya konstruksi.

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, keputusan penggunaan material ini dikembalikan lagi kepada tujuan akhir dari pekerjaan. Semoga dapat berguna.

Kamis, 02 Juli 2009

USULAN PPN PEMBANGUNAN RUMAH PRIBADI KONTRAPRODUKTIF

Bisnis Indonesia, Rabu, 1 Juli 2009
oleh Achmad Aris

Jakarta : DPR mendesak pemerintak untuk menarik usulan pengenaan pajak pertambahan nilai (PPN) terhadap kegiatan pembangunan rumah yang dilakukan orang pribadi atau badan karena dianggap kontra produktif dan memberatkan masyarakat.
Anggota panitia kerja DPR RUU PPN dan PPnBM Andi Rahmat mengatakan pengenaan PPN atas kegiatan membangun sendiri, yang dilakukan tidak dalam kegaitan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan, akan kontraprodukti f terhadap perekonomian nasional.
"Pemerintah sudah mengenakan PPN untuk barangnya [bahan bangunan] seperti semen bahkan akan ada yang dikenai cukai. Jadi biaya bikin rumah sudah mahal sehingga jangan dibikin mahal lagi lah," katanya di Jakarta, kemarin.
Dia menuturkan sejauh ini pemerintah masih berkeinginan memungut PPN atas kegiatan membangun sendiri dengan memberikan batasan mengenai kegiatan membangun rumah sendiri yang dapat dikenai PPN.
"Pemerintah mengusulkan batasan nilai pembangunan yaitu di atas Rp. 1 Miliar baru dikenai PPN."
Menurut Andi, sangat sulit untuk membuat batasan harga pembangunan karena umumnya tingkat inflasi di industri properti cenderung naik setiap tahunnya.
"Kami bilang bahaya kalau pakai patokan karena faktanya orang kaya itu bangun rumahnya menggunakan jasa kontraktor, sedangkan yang bangun sendiri itu kebanyakan justru rakyat kecil."
Pengamat perpajakan dari Tax Center UI Darussalam menilai pengenaan PPN atas kegiatan membangun sendiri merupakan kebijakan yang tidak tepat.
Selain itu, lanjutnya, pada dasarnya pihak yang membangun sendiri bukan berarti tidak kena PPN, melainkan sebenarnya sudah terkena PPN pada saat membeli bahan bangunan.
Di tempat terpisah, Direktur Perpajakan I Ditjen Pajak Sjarifuddin Alsah mengungkapkan sejauh ini pemerintah masih pada posisi semula yaitu tetap ingin mengenakan PPN atas kegiatan membangun sendiri.
"Sejauh ini posisi pemerintah masih sesuai dengan RUU Ampresnya. Alasannya untuk kesetaraan," jawabnya singkat.

Sabtu, 07 Maret 2009

KOLOM PRAKTIS PRECAST

Kolom praktis umumnya digunakan sebagai konstruksi untuk membantu berdirinya sebuah dinding bata/batako. Aplikasinya dengan cara mencetaknya langsung pada lokasi. Namun, pada suatu kasus mencetak kolom praktis dengan metode konvensional tersebut membutuhkan waktu lebih lama daripada biasanya yang dapat disebabkan karena bentuk kolom praktis yang harus mengikuti bentuk dinding yang inginkan.
Salah satu kasusnya adalah kolom praktis pada pintu utama yang memiliki ketebalan yang 'nanggung'. Dalm hal ini artinya adalah bahawa jika dilakukan konstruksi seperti halnya dalam gambar kerja maka akan tidak efisien karena terdapat celah kurang lebih 20 cm di antara kolom pratis yang memiliki dimensi 7,5 x 7,5 cm. Sehingga dipilihlah metode baru yang diharapkan lebih mempercepat pekerjaan, yaitu membuat kolom praktis secara precast.
Seperti halnya produk precast lainnya, kolom ini dibuat di luar area kerja untuk kemudian dipasang pada lokasi yang sudah ditentukan. Tahap pertama, tentu saja dengan membuat cetakannya terlebih dahulu. Karena posisinya yang terlentang, maka membuat bekisting menjadi lebih mudah. Karena areanya adalah beton plat yang relatif rata sehingga untuk bagian bawah hanya digunakan terpal atau plastik cor sebagai bodeman-nya. Kemudian setelah selesai, besi sebagai tulangannya dipakai. Kaedah yang dipakai sama saja seperti pekerjaan beton lainnya. Setelah itu kolom siap di cor.
Setelah selesai dibuat, tahap selanjutnya adalah mendirikan kolom pada lokasi yang sudah ditentukan. O iya...karena bobotnya yang tidak ringan, maka sebaiknya dipilih lokasi pengerjaan yang tidak jauh dari lokasi pemasangan. Dibutuhkan sekurangnya empat orang untuk menngangkat kolom praktis dengan dimensi 7,5 cm x 60 cm x 2 m. Di sisi bawah, kolom dihubungkan dengan stek besi yang ditanam ke plat beton kemudian diberi epoxy resin. Sedangkan yang atas di hubungkan dengan stek besi kolom dan stek besi plat. Setelah berdiri bagian atas dan bawah yang memiliki celah digrout dengan adukan cor kolom praktis.
Jika kolom praktis seperti ini dilaksanakan dengan metode konvensional, maka dapat membutuhkan waktu 1 minggu (7 hari) untuk melengkapi satu lantai, namun dengan metode ini dapat dipersingkat menjadi 4-5 hari.
*berdasarkan pengalaman di sebuah proyek di Jakarta

Sabtu, 28 Februari 2009

PRODUK DARI MU UNTUK KONTRUKSI

Berikut adalah jenis produk MU untuk berbagai keperluan yang informasinya disarikan dari materi pemasaran dari MU sendiri.

1. MU 300.
Kegunaan : perekat pasang batu bata atau bata ringan
Kemasan : 40 Kg
Daya sebar : Bata merah : kurang lebih 1,25 m2/zak (40Kg)/10 mm (tebal siar)
Bata ringan : kurang lebih 3,5 m2/zak/10 mm

2. MU 200
Kegunaan : acian plesteran beton (beton eksposed)
Kemasan : 5 Kg dan 40 Kg
Daya sebar : kurang lebih 20m2/zak (40 Kg) /1,5 mm (tebal plesteran/acian)

3. MU 380
Kegunaan : perekat bata ringan atau beton ringan
Kemasan : 5 dan 40 Kg
Daya sebar : Bata ringan tebal 10 cm : 10m2/zak (40 Kg)/3 mm
Bata ringan tebal 7,5 cm : 16 m2/zak/3 mm

4. Mu 270
Kegunaan : acian warna putih
Kemasan : 25 Kg
Daya sebar : 8,5 m2/zak (25 Kg)/ 2 mm

5. MU 301
Kegunaan : Perekat untuk pemasangan bata merah dan pasang plesteran
Kemasan : 10 dan 40 Kg
Daya sebar : Bata merah : 1,25 m2/zak (40 kg)/ 10 mm (siar)
Plesteran : 1,9 m2/zak (40 Kg)/10 mm
Bata ringan : 3,5 m2/zak/10 mm
Plesteran : 2,1 m2/zak/10mm
6. MU 400
Kegunaan : Perekat keramik dinding
Kemasan : 5 dan 25 Kg
Daya sebar : 5 m2/za k (25 kg)/ 3 mm (tebal perekat)

7. MU 440
Kegunaan : Perata lantai, atau penambah ketinggian permukaan lantai
Kemasan : 40 Kg
Daya sebar : 1,2 m2/zak/ 20 mm (ketebalan screed)

8. MU 480
Kegunaan : Perekat keramik di atas keramik
Kemasan : 5 dan 25 Kg
Daya sebar : 5 m2/zak (25)/3 mm

masih ada beberapa tipe lainnya untuk kegunaan yang beragam pula.

Rabu, 04 Februari 2009

Scaffolding

Scaffolding adalah alat bantu yang digunakan sebagai penopang semenatara sebelum struktur utama selesai dan siap digunakan. Berikut adalah ilustrasi bagian-bagian dari scaffolding.


Notes :
U Head sangat tidak dianjurkan untuk digunakan di bagian bawah sebab akan merusak U Head-nya. Jika sudah rusak sulit untuk mengembalikannya seperti semula.

Bagian U Head dan Jack Base di atur ketinggiannya.

Material : Tangga Precast

Seperti halnya dinding prefab dan lisplang precast, tangga precast dibuat terlebih dahulu di luar area kerja untuk kemudian dipasang. Namun kerumitan pekerjaan pembuatan di luar area kerja ini maka pembuatan tangga ini diserahkan pada subkontraktor yang sudah ahli dalam membuat tangga precast.

Tangga precast yang sudah jadi akan dikirim ke lapangan dengan menggunakan flatbed tronton yang dapat mengangkut 4 tangga precast ini sekaligus. Namun, karena material ini dibuat diluar area proyek dan cukup besar sehingga untuk memindahkannya akan membutuhkan waktu yag biaya tambahan maka perlu diperhatikan kualitas materialnya, kesesuaian dengan gambar dan jenisnya sehingga ketika ditemukan ketidaksesuaian, lebih baik untuk tidak diturunkan dan dibawa lagi ke pabriknya.

Dalam proses pemasangannya perlu diperhatikan kesesuaian dengan gambar agar tidak terbalik. Selain itu, kemiringan, pertemuan dengan finish plat lantai dan pertemuan plat bordes antara tangga precast perlu diawasi dengan baik. Penyetelan pemasangan tangga precast menggunakan tuckle.
Karena fisiknya yang besar dan berat, maka dalam prosesnya pun diperlukan pengamanan yang baik sehingga dapat dihindari kecelakaan kerja dan atau rusaknya tangga karena proses ini. Diperlukan dua orang komunikator yang bertugas di lokasi yang berbeda untuk membantu operator crane ketika mengangkat tangga tersebut. Satu orang berada di bawah di lokasi penyimpanan tangga, dan satu orang berada di atas di lokasi pemasangan. Keduanya harus dilengkapi dengan sarana komunikasi.

Notes :
Jauh sebelum pemasangan dilakukan, ketika dalam pelaksanaan pekerjaan struktur, area yang akan dipasang tangga perlu diberi perhatian khusus dalam pembesiannya dan mutu pengecoran karena bobot tangga precast ini lebih dari 1,5 ton.
Selain itu area penyimpanan tangga ini pun perlu memperhitungkan daya jangkauan crane.

Selasa, 03 Februari 2009

Material : Lisplang Precast

Yang dimaksud dengan lisplang precast adalah lisplang yang dibuat terlebih dahulu di luar area kerja untuk dipasang kemudian. Lisplang ini sendiri adalah ornamen yang berfungsi menutupi bagian struktur yang letak di bagian atas, umumnya atap. Namun pada beberapa bangunan lisplang ini dapat pula menjadi dudukan struktural bagi bagian bangunan lainnya. Misalnya lisplang balkon yang terdapat dalam sebuah apartemen. Bagi unit di bawah, lisplang tersebut memperindah bagian atasnya. Namun bagi unit yang di atas, lisplang tersebut adalah dudukan bagi railing balkon, sehingga kekokohan railing tersebut bergantung pada kekuatan lisplangnya.

Untuk jenis lisplang yang seperti ini, maka lisplang sudah harus dianggap sebagai elemen struktur dan kekuatan harus diperhitungkan. Metode pengerjaannya dapat dilakukan secara konvensional, dengan menggunakan bekisting yang ditopang oleh perancah yang sedemikian rupa kemudian dilakukan pembesian dan dicor. Namun, selain itu dapat pula dilakukan dengan cara precast. Apalagi jika jumlah lisplang yang harus dikerjakan jumlahnya sangat banyak.

Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat cetakannya. Material yang digunakan adalah material yang tahan lama. Salah satunya adalah baja. Dalam membuat cetakan, dengan mengamati gambar yang diberikan, dapat dikelompokkan menjadi beberapa tipe. Penggolongan ini mempermudah dalam pengerjaan dan kontrol produksi, juga dapat memperhitungkan jumlah material bekisting yang dibutuhkan untuk dilakukan langkah efisiensi.

Kemudian setelah cetakan tersebut jadi, bagian dalamnya dilumuri minyak solar agar adukan beton tidak lengket dan hasil cornya rata (mulus). Setelah itu dilakukan pembesian. Seperti halnya dalam pembuatan dinding prefab, harus diperhatikan embeded yang terpasang baik jumlahnya, mutunya juga sambungannya terhadap besi utama. Begitu juga hook untuk mengangkat precast nantinya. Perhatian lebih harus diberikan pada embeded karena nantinya lisplang ini akan bergantung pada kekuatan embeded dan sambungannya ke besi utama ( karena posisinya gantung ). Lisplang ini nantinya akan dipasang dengan posisi menjepit plat struktur yang sudah ada, maka cek pula jarak antara embeded atas dengan embeded bawah. Jaraknya tidak boleh terlalu lebar dibandingkan dengan tebal plat struktur.

Setelah semua besi terpadang, beri styrofoam pada bagian yang semestinya tidak boleh kena cor, seperti embeded dan hook. Setelah itu lisplang siap dicor.

Setelah lisplang mencapai umurnya (sepertinya pada beton), kemudian diangkat dan diletakkan pada lokasi pasca produksi. Di lokasi ini nantinya lisplang diperbaiki lagi kemudian diberi sealer setelah itu diangkat dan dipasang pada lokasi yang sudah ditentukan. Bagian yang diberi styrofoam, dibersihkan kemudian bekasnya dibersihkan. Peletakan lisplang ini harus diberi kayu dahulu untuk mencegah rusaknya lisplang karena benturan dengan alasnya ketika dalam proses pengangkatan.

Pengecekan terakhir dilakukan terutama pada lisplang bagian luar, karena jika bagian ini yang rusak maka akan sulit untuk memperbaikinya. Kemudian dengan menggunakan bantuan crane lisplang diangkat dan diletakkan pada posisinya. Untuk penyesuaian posisi digunakan tuckle. Sambungan antara precast dengan plat di las. Perhatikan vertikalitas dan horisontalnya ketika memasang, juga jarak balkon. Perhatikan gambar finish dan bandingkan dengan markingan yang tersedia. Finishing perlu dilakukan untuk menutup lubang sambungan tadi dan hook yang digunakan untuk mengangkat lisplang tadi.

Notes :
Selain di sisi precastnya, yang perlu diperhatikan juga adalah kekuatan struktur dari plat dimana precast tersebut menempel baik pembesian maupun pengecorannya. Selain itu perlu diberikan perhatian lebih pada perletakan embeded serta sambungannya ke tulangan utama, karena itulah kunci kekuatan precast yang akan dipasang.


Kamis, 29 Januari 2009

Gambar-Gambar Konstruksi

Sebelum masa pembangunan, sebuah bangunan gedung akan melalui tahap perencanaan. Sebagai alat komunikasinya digunakanlah gambar-gambar yang memberikan ilustrasi tentang gedung tersebut nantinya. Selain untuk menampilkan wujud fisik bangunannya, gambar-gambar ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan struktur bangunan dan sistem utilitas di dalamnya sehingga selain bangunan tersebut terlihat indah, juga aman dan nyaman untuk ditempati.
Semakin rumit wujud dan fungsi bangunan, maka akan semakin banyak gambar yang dibutuhkan sehingga memudahkan dalam pelaksanaan konstruksi nantinya.
Selama proses perencanaan hingga selesainya pekerjaan, dikenal beberapa jenis gambar, yaitu :

1. Gambar PERENCANAAN
Adalah gambar yang dihasilkan dari pemikiran dari para perencana seperti arsitek, engineer struktur, mekanikal dan elektrikal. Gambar perencanaan merupakan imajinasi dari para perencana yang digunakan sebagai alat komunikasi dengan pemilik pekerjaan sehingga pemilik pekerjaan dapat mengetahui sejauh mana bangunan yang direncanakan tersebut memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Karena itu gambar perencanaan akan mengalami banyak perubahan hingga pada tahap yang sudah disepakati bersama atau bahkan hingga pemilik menemukan keinginannya. Gambar perencanaan belum memiliki detil yang cukup hingga layak untuk dijadikan acuan dalam proses pembangunan.

2. Gambar TENDER
Gambar tender adalah gambar yang digunakan sebagai acuan dalam perhitungan volume pekerjaan dalam proses pemilihan kontraktor. Gambar ini sudah lebih detil dari gambar perencanaan. Ukuran-ukuran penting sudah tertera dengan jelas, gambar-gambar pelengkap sudah tersedia, acuan-acuan untuk pembangunan juga sudah diberikan. Tujuannya adalah menunjang perhitungan yang cermat sesuai dengan spesifikasi yang diminta. Gambar ini mengikat terhadap penawaran yang sudah diberikan dan menjadi acuan terhadap klaim dalam tahap selanjutnya.

3. Gambar KONSTRUKSI
Tahap selanjutnya setelah pemilihan kontraktor adalah memulai pembangunan (konstruksi). Untuk itu gambar ini diluncurkan, yang isinya adalah penyempurnaan dari gambar tender. Penyempurnaan ini terjadi karena pada masa tender adakalanya antara uraian pekerjaan, spesifikasi teknis dan gambar terdapat perbedaan. Setelah disepakati pada saat tender (terangkum dalam berita acara rapat klarifikasi) maka perubahan yang terjadi dituangkan dalam gambar konstruksi ini. Gambar ini kemudian menjadi acuan bagi kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan dan menjadi dasar juga untuk pelaksanaan yang dilimpahkan pada pihak ketiga.

4. Gambar KERJA (Shop Drawing)
Agar hasil pembangunan nantinya tidak berbeda dari yang sudah direncanakan maka pihak kontraktor membuat gambar ini yang isinya sudah jauh lebih detil dari jenis gambar sebelumnya (gambar konstruksi). Ukuran-ukuran sudah diberikan hingga detil, memperjelas hasil yang diinginkan. Detil material yang akan digunakan sudah dicantumkan (sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan). Acuan-acuan pekerjaan juga sudah dicantumnya. Intinya gambar ini dibuat sejelas mungkin sehingga pelaksana pekerjaan (mandor, tukang) dan pengawas (pelaksana, quality control) mengerti hasil yang diinginkan dan tidak mebuat perubahan dari gambar konstruksi sudah diberikan di tahap sebelumnya. Gambar kerja ini sebelum digunakan di lapangan harus mendapatkan persetujuan dari perwakilan dari pemilik pekerjaan di lapangan (direksi pengawas) dengan acuan adalah gambar konstruksi. Jika ternyata ada perbedaan yang harus dilakukan di lapangan maka direksi pengawas harus membubuhkan penyataan perubahan dan diberi tandatangan di atas gambar yang dimaksud. Catatan-catatan dan dokumentasi lainnya akan menjadi acuan dalam pembuatan As Built Drawing nantinya.

5. Gambar JADI (As Built Drawing)
Adalah gambar final dari bangunan gedung yang sudah selesai dilaksanakan. Gambar ini dibuat oleh kontraktor sebagai pertanggungjawaban atas pekerjaan yang sudah dilakukan dan akan digunakan oleh pemilik bangunan sebagai acuan dalam melakukan perawatan nantinya. Gambar ini memuat informasi dalam gambar kerja ditambah catatan-catatan perubahan di lapangan.

Bisa terjadi beberapa jenis gambar di atas dihilangkan dengan alasan untuk menghemat waktu dan biaya, tergantung pada perjanjian yang dilakukan antara pemilik pekerjaan dengan kontraktor, misalnya pada jenis pekerjaan design and built. Penggunaan gambar-gambar ini dimaksudkan agar hasil pelaksanaan sesuai dengan keinginan pemilik dan dengan biaya dan waktu yang sudah diperkirakan sebelumnya.

*Adalah hasil pengamatan dan pengalaman pada beberapa proyek. Istilah-istilah diambil dari komunikasi yang terjadi di lapangan.

Selasa, 27 Januari 2009

Mengapa saya buat blog ini

Saya senang dengan konstruksi bangunan gedung karena bangunan ini memiliki keragaman fungsi dan seiring dengan perkembangan jaman, juga memiliki berbagai macam teknik membangun. Ketika masih dibangku kuliah, ketika dosen saya bercerita tentang filosofi sebuah bangunan dalam sejarah arsitektur, yang saya pikirkan adalah bagaimana bangunan itu bisa terjadi, bagaimana batu-batu bisa disusun sedemikian rupa sehingga bisa membentuk sebuah bangunan megah. Bagaimana sebuah batu pada masa lalu, saat mesin belum ditemukan, bisa berada lebih dari puluhan meter dari tanah padahal batu itu sendiri bukanlah batu bata, melainkan batu gunung yang berat dan keras. Itu yang selalu menajdi misteri bagi saya.

Saya menemukan dunia saya dalam bidang konstruksi, karena saya senang dengan filasafat dasarnya yaitu membangun dari sebuah ketiadaan menjadi ada, dari berbagai elemen yang ringkih menjadi sesuatu yang kokoh. Dan ketertarikan saya akan metode pelaksanaan pembangunan gedung dan manajemen konstruksinya membuat saya tidak pernah habis untuk bertanya dan berpikir. Untuk membagi ilmu yang pernah saya dapat, informasi yang pernah saya kumpulkan, maka blog ini saya buat. Bukan untuk pamer, namun untuk berbagi.

Mudah-mudahan dapat berguna.

Material : Dinding Prefab (2)

Seperti diutarakan pada judul sebelumnya (Material : Dinding Prefab), bahwa meteode pelaksanaan dinding prefab memiliki beberapa metode. Berikut adalah dua metode yang pernah diterapkan.

1. Pemasangan Bata Ringan dengan Metode tegak.
Sederhananya metode ini membuat dinding prefab layaknya membuat dinding secara konvensional, artinya dalam posisi berdiri.
Karena setiap bagian prefab memiliki ukuran yang berbeda maka sebelum memulai maka dibikin dahulu rangka kerjanya yaitu di sisi kiri kanan dan sisi bawah. Kegunaannya agar ukuran prefab semuanya sama.
Kemudian tulangan kolom praktis dibuat, termasuk di dalamnya hook untuk mengangkat prefab nantinya dan juga yang tidak boleh dilupakan adalah besi plat embedded yang berfungsi sebagai sambungan dengan bangunan nantinya. Setelah semua besi terpasan, maka kolom dan balok penyangga di cor. Setelah pengecoran selesai, didiamkan terlebih dahulu seperti halnya pada saat pembuatan kolom praktis pada dinding konvensional. Ketika sudah siap, baru pemasangan bata ringan (celcon dilakukan) kemudian diplester dan di aci. Ketika pemasangan bata celcon, openingan-openingan pun turut dibuat. Setelah semuanya selesai, kemudian dinding di plester dan diaci. Ketika dinding sudah kering, dinding diberi sealer sebelum diangkat dan dipasang pada posisinya.

Kelebihan :
1. Tidak memerlukan keahlian khusus karena seperti melaksanakan pekerjaan dinding konvensional namun tetap memerlukan ketelitian dalam pengerjaannya, terutama menyangkut perkuatan-perkuatan dinding
2. Tidak memerlukan lahan yang luas
3. Cepat dalam pengerjaannya
4. Resiko Retak rambut akibat beban sendiri dapat dikurangi

Kekurangan :
1. Karena seperti halnya pengerjaan dinding konvensional, maka resiko plesteran dan acian yang tidak rata masih masih besar kemungkinannya terjadi
2. Karena pengerjaannya tegak, maka untuk area-area yang tinggi kadang kurang mendapatkan perhatian

2. Pemasangan Bata Ringan dengan Metode Tidur
Metode yang kedua ini membuat dinding prefab dengan posisi dindingnya tidur. Untuk metode ini yang perlu diperhatikan adalah lapisan bawahnya. Karena metode ini menggunakan alas bawah sebagai alat untuk menjamin kerataan dinding.
Jadi sebelum memulai, bagian alas diberikan lapisan yang rata dan keras. Setelah diukur sesuai dengan kebutuhan dan dibuat tanda, maka bagian tersebut diolesi minyak solar (atau sejenisnya yang membuat lapisan plester nantinya tidak menempel dengan bagian bawahnya). Setelah itu digelar lapisan plesteran. Tidak menunggu hingga kering, kemudian dipasang besi tukangan kolom dan balok dinding, embedded tetap tidak boleh dilupakan. Kemudian dipasang celconnya. Pada pertama kali gelaran, ukuran sudah termasuk area-area openingan. Setelah semuanya selesai baru kolom praktis dicor. Kemudian dinding dibiarkan agar mengeras.
Setelah agak keras, kemudian lapisan atasnya mulai diplester kemudian diaci. Dinding dibiarkan kembali mengeras. Langkah selanjutnya dinding diangkat, dan bagian bawah yang belum diaci, kemudian diaci dan sebelum diangkat dinding diberi sealer terlebih dahulu.

Kelebihan :
1. Karena mengerjakannya dengan posisi tidur maka kerataan dinding dapat lebih dijaga.
2. Semua area dapat terjangkau dan ketelitian pemasangan besi embeded dan lainnya dapat lebih terjaga.

Kekurangan :
1. Area pekerjaan yang dibutuhkan cukup luas. Contohnya untuk satu dinding, maka area yang dibutuhkan adalah luas dinding tersebut ditambah area bebas antar dinding
2. Pada proses pengangkatan dari posisi tidur ke posisi tegak, sangat rentan terjadinya retak karena gaya puntir yang dihasilkan dari alat pengangkat. Sebenarnya dapat dicegah dengan mengangkat cetakan bawahnya sekaligus, namun juga akan membutuhkan alat yang tidak sederhana juga
3. Alas yang menjadi acuan kerataan dapat menajdi bumerang manakala als tersebut tidak mampu menahan beban yang dihasilkan. Pada akhirnya plester bagian bawah tidak melekat sempurna dengan celcon. Dan ketika dipasang akan rentan sekali menjadi kopong yang lepas.
4. Agar menghasilkan dinding yang baik, maka membutuhkan keahlian yang khusus terutama ketika mengangkat dinding tersebut dari tidur menjadi tegak, menggelar plester dan memasang celcon yang cepat sehingga plester dapat menempel sempurna dengan celcon.

Tentunya dalam pelaksanaan di lapangan, ketelitian pengawas dan keahlian pekerja menjadi kunci sehingga dinding prefab yang layak pasang lebih banyak, dan penggunaan material tidak boros.
* keterangan di atas adalah hasil pengalaman dari proyek yang oernah diikuti.

Sabtu, 24 Januari 2009

Material : Dinding Prefab

Dalam konstruksi sebuah bangunan gedung, dinding adalah salah satu item yang pasti ada baik untuk interior maupun eksterior. Untuk dinding interior, saat ini banyak material dan juga metode alternatif di samping pasangan batu bata konvensional. Untuk Eksterior, beberapa bangunan memadukan antara beberapa material misalnya dinding bata yang dipadu dengan dinding kaca atau lainnya.

Namun yang umum digunakan untuk eksterior adalah dinding yang terbuat dari pasangan bata dengan finishing plester aci. Dalam pelaksanaannya, tipe dinding eksterior seperti ini, kini sudah memiliki metode alternatif, salah satunya adalah dinding prefab. Yang dimaksud dengan dinding prefab adalah dinding yang dibuat sebelumnya di luar lokasi pembangunan dan dalam bentuk yang sudah jadi dipasang pada lokasi pembangunan yang sudah ditentukan.

Pada salah satu proyek yang pernah saya ikuti, dinding prefab terbuat dari pasangan bata ringan (celcon). Dinding tersebut dibagi-bagi menjadi beberapa tipe sesuai dengan gambar, diplester dan di aci. Sebelum di pasang pada lokasinya, dinding tersebut sudah diberi cat dasaran pertama.

Pemasangannya membutuhkan alat tower crane sebagai pengangkutnya kemudian direposisi dengan menggunakan tuckle sebelum akhirnya di las. Penggunaan tower crane ini lebih disebabkan karena tinggi bangunan yang mencapai 32 lantai dan juga lahan yang tidak memungkinkan untuk penggunaan alat tambahan. Untuk bangunan gedung yang tidak tinggi penggunaan ini bisa digantikan dengan lainnya misalnya mobile crane.

Keuntungan yang utama dari penggunaan dinding prefab adalah pelaksanaan yang lebih cepat ketimbang melaksanakannya dengan metode konvensional.

Kamis, 22 Januari 2009

MATERIAL : Batu Bata Versus AAC Block (bata ringan)

Pada masa lalu, material yang utama yang digunakan sebagai pasangan dinding adalah batu bata yang terbuat dalam lempung yang dibakar. Seiring dengan perkembangan jaman, maka muncul berbagai alternatif lainnya. Dan saat ini, material untuk pemasangan dinding yang sedang populer selain batu bata adalah AAC Block atau Bata ringan. Tercatat minimal ada dua produk yang beredar di pasaran yaitu produk jaya celcon dan hebel.

Kemudian apakah kelebihan dan kekurangan batu bata dengan bata ringan? Berikut uraiannya.

Kelebihan Batu Bata :
  1. Tidak memerlukan keahlian lebih untuk memasang bata
  2. Ukurannya yang kecil memudahkan untuk pengangkutan untuk jumlah kecil atau membentuk bidang-bidang yang kecil
  3. Murah per buahnya
  4. Mudah ditemukan
  5. Perekatnya tidak perlu yang khusus

Kekurangan Batu Bata :
  1. Sulit untuk membuat pasangan bata yang rapi
  2. Siarnya besar-besar cenderung boros dalam penggunaan material perekatnya.
  3. Kualitas yang kurang beragam dan juga ukuran yang jarang sama membuat wastenya dapat lebih banyak
  4. Karena sulit mendapatkan pasangan yang cukup rapi, maka dibutuhkan pelsteran yang cukup tebal untuk menghasilkan dinding yang cukup rata

Kelebihan AAC Block (bata ringan) :
  1. AAC Block atau singkatan dari Autoclaved Aerated Concrete Block memiliki ukuran dan kualitas yang seragam sehingga dapat dengan mudah menghasilkan pasangan bata yang rapi
  2. Tidak memerlukan siar yang tebal sehingga menghemat penggunaan perekat
  3. Lebih ringan dari pada bata biasa sehingga memperkecil beban struktur. Selain itu karena ringan, pengangkutannya dapat lebih mudah dilakukan
  4. Karena ukurannya yang lebih besar dari bata biasa maka pelaksanaannya lebih cepat daripada pemakaian bata biasa
  5. Tidak diperlukan plesteran yang tebal, umumnya ditentukan hanya 2,5 cm saja.
Kekurangan AAC Block (bata ringan) :
  1. Karena ukurannya yang besar, untuk ukuran yang tanggung, akan memakan waste yang cukup besar
  2. Perekat yang digunakan harus disesuaikan dengan ketentuan produsennya. Umumnya adalah semen instan, yang saat ini sudah tersedia di lapangan.
  3. Diperlukan keahlian tambahan untuk tukang yang akan memasangnnya, karena dampaknya berakibat pada waste dan mutu pemasangan.
  4. Jika terkena air, maka untuk menjadi benar-benar kering dibutuhkan waktu yang lebih lama dari bata biasa. Kalau tetap dipaksakan diplester sebelum kering maka akan timbul bercak kuning pada plesterannya.
Seperti halnya benda-benda lainnya, keduanya akan sangat bermanfaat jika penggunaannya sesuai dengan kondisi dan kemampuan aplikatornya. Semoga uraiann ini berguna bagi pengambilan keputusan ini.

* keterangan di atas adalah hasil pengamatan di lapangan dalam berbagai kesempatan. Tidak tertutup kemungkinan adanya perbedaan dari keterangan pihak lainnya.

Resiko Yang Akan Terjadi : PEMASANGAN DINDING BATA/BATA RINGAN (2)

Dinding tidak lurus

Penyebab :

Tukang kurang memperhatikan tanda marking (acuan) atau tanda marking kurang jelas (tertutup kotoran). Marking yang digunakan tipe yang pertama (yang hanya memiliki satu garis yaitu as dinding) sehingga tukang kesulitan memperhatikan kelurusan dinding.

Perbaikan :

Kesalahan ini akan sangat terasa jika berada pada area koridor (area yang memiliki dinding yang panjang). Dinding yang tidak sesuai dengan rencana harus di ulang kembali, dan pastikan marking kembali di buat dan acuan di buat juga.

Pencegahan :

Pada sudutan dalam dapat dicek dengan menggunakan siku yang besar (dinding celcon lebih mudah di cek daripada dinding batu merah karena relatif lebih rata). Dan dari acuan marking yang tersedia (pinjaman) diukur, kemudian dicocokkan dengan gambar rencana.

Rabu, 21 Januari 2009

Resiko Yang Akan Terjadi : PEMASANGAN DINDING BATA/BATA RINGAN

Dinding tidak lurus secara Vertikal

Penyebab :


Pada saat pemasangan bata/celcon, tukang tidak memasang jidar (acuan), atau memasang jidar namun tidak mengecek kembali vertikalitas jidar dengan menggunakan LOD. Atau tukang memasang jidar namu material yang digunakan sebagai Jidar tidak memenuhi kriteria (yang disarankan adalah Jidar Aluminium) seperti kaso atau B nol film yang sudah dibelah namun tidak diserut kembali agar lurus, besi hollow atau lain sebagainya yang mudah berdeformasi.

Perbaikan :

Jika dinding belum terlalu miring, maka dapat dilakukan langkah ciping ketika akan melakukan plesteran. Namun perlu diperhatikan ketebalan dinding setelah proses ciping tadi. Jika menjadi terlalu tipis makan dinding harus dibongkar dan dipasang kembali. Langkah ini harus segera diambil karena jika proses ini diabaikan maka hasil akhir dari pekerjaan di belakangnya (plester dan aci) akan tidak memenuhi standar.

Pencegahan :

Pengawas lapangan sesering mungkin mengecek proses dan hasil pekerjaan tukang sehingga jika ada kesalahan dapat terdeteksi lebih awal dan pemecahannya masih jauh lebih mudah dan murah. Jangan memperbolehkan tukang melepaskan jidar sebelum mencapai tinggi dinding yang diperkenankan ( misal sudah mencapai 3/4 tinggi dinding).