Kamis, 29 Januari 2009

Gambar-Gambar Konstruksi

Sebelum masa pembangunan, sebuah bangunan gedung akan melalui tahap perencanaan. Sebagai alat komunikasinya digunakanlah gambar-gambar yang memberikan ilustrasi tentang gedung tersebut nantinya. Selain untuk menampilkan wujud fisik bangunannya, gambar-gambar ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan struktur bangunan dan sistem utilitas di dalamnya sehingga selain bangunan tersebut terlihat indah, juga aman dan nyaman untuk ditempati.
Semakin rumit wujud dan fungsi bangunan, maka akan semakin banyak gambar yang dibutuhkan sehingga memudahkan dalam pelaksanaan konstruksi nantinya.
Selama proses perencanaan hingga selesainya pekerjaan, dikenal beberapa jenis gambar, yaitu :

1. Gambar PERENCANAAN
Adalah gambar yang dihasilkan dari pemikiran dari para perencana seperti arsitek, engineer struktur, mekanikal dan elektrikal. Gambar perencanaan merupakan imajinasi dari para perencana yang digunakan sebagai alat komunikasi dengan pemilik pekerjaan sehingga pemilik pekerjaan dapat mengetahui sejauh mana bangunan yang direncanakan tersebut memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Karena itu gambar perencanaan akan mengalami banyak perubahan hingga pada tahap yang sudah disepakati bersama atau bahkan hingga pemilik menemukan keinginannya. Gambar perencanaan belum memiliki detil yang cukup hingga layak untuk dijadikan acuan dalam proses pembangunan.

2. Gambar TENDER
Gambar tender adalah gambar yang digunakan sebagai acuan dalam perhitungan volume pekerjaan dalam proses pemilihan kontraktor. Gambar ini sudah lebih detil dari gambar perencanaan. Ukuran-ukuran penting sudah tertera dengan jelas, gambar-gambar pelengkap sudah tersedia, acuan-acuan untuk pembangunan juga sudah diberikan. Tujuannya adalah menunjang perhitungan yang cermat sesuai dengan spesifikasi yang diminta. Gambar ini mengikat terhadap penawaran yang sudah diberikan dan menjadi acuan terhadap klaim dalam tahap selanjutnya.

3. Gambar KONSTRUKSI
Tahap selanjutnya setelah pemilihan kontraktor adalah memulai pembangunan (konstruksi). Untuk itu gambar ini diluncurkan, yang isinya adalah penyempurnaan dari gambar tender. Penyempurnaan ini terjadi karena pada masa tender adakalanya antara uraian pekerjaan, spesifikasi teknis dan gambar terdapat perbedaan. Setelah disepakati pada saat tender (terangkum dalam berita acara rapat klarifikasi) maka perubahan yang terjadi dituangkan dalam gambar konstruksi ini. Gambar ini kemudian menjadi acuan bagi kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan dan menjadi dasar juga untuk pelaksanaan yang dilimpahkan pada pihak ketiga.

4. Gambar KERJA (Shop Drawing)
Agar hasil pembangunan nantinya tidak berbeda dari yang sudah direncanakan maka pihak kontraktor membuat gambar ini yang isinya sudah jauh lebih detil dari jenis gambar sebelumnya (gambar konstruksi). Ukuran-ukuran sudah diberikan hingga detil, memperjelas hasil yang diinginkan. Detil material yang akan digunakan sudah dicantumkan (sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan). Acuan-acuan pekerjaan juga sudah dicantumnya. Intinya gambar ini dibuat sejelas mungkin sehingga pelaksana pekerjaan (mandor, tukang) dan pengawas (pelaksana, quality control) mengerti hasil yang diinginkan dan tidak mebuat perubahan dari gambar konstruksi sudah diberikan di tahap sebelumnya. Gambar kerja ini sebelum digunakan di lapangan harus mendapatkan persetujuan dari perwakilan dari pemilik pekerjaan di lapangan (direksi pengawas) dengan acuan adalah gambar konstruksi. Jika ternyata ada perbedaan yang harus dilakukan di lapangan maka direksi pengawas harus membubuhkan penyataan perubahan dan diberi tandatangan di atas gambar yang dimaksud. Catatan-catatan dan dokumentasi lainnya akan menjadi acuan dalam pembuatan As Built Drawing nantinya.

5. Gambar JADI (As Built Drawing)
Adalah gambar final dari bangunan gedung yang sudah selesai dilaksanakan. Gambar ini dibuat oleh kontraktor sebagai pertanggungjawaban atas pekerjaan yang sudah dilakukan dan akan digunakan oleh pemilik bangunan sebagai acuan dalam melakukan perawatan nantinya. Gambar ini memuat informasi dalam gambar kerja ditambah catatan-catatan perubahan di lapangan.

Bisa terjadi beberapa jenis gambar di atas dihilangkan dengan alasan untuk menghemat waktu dan biaya, tergantung pada perjanjian yang dilakukan antara pemilik pekerjaan dengan kontraktor, misalnya pada jenis pekerjaan design and built. Penggunaan gambar-gambar ini dimaksudkan agar hasil pelaksanaan sesuai dengan keinginan pemilik dan dengan biaya dan waktu yang sudah diperkirakan sebelumnya.

*Adalah hasil pengamatan dan pengalaman pada beberapa proyek. Istilah-istilah diambil dari komunikasi yang terjadi di lapangan.

Selasa, 27 Januari 2009

Mengapa saya buat blog ini

Saya senang dengan konstruksi bangunan gedung karena bangunan ini memiliki keragaman fungsi dan seiring dengan perkembangan jaman, juga memiliki berbagai macam teknik membangun. Ketika masih dibangku kuliah, ketika dosen saya bercerita tentang filosofi sebuah bangunan dalam sejarah arsitektur, yang saya pikirkan adalah bagaimana bangunan itu bisa terjadi, bagaimana batu-batu bisa disusun sedemikian rupa sehingga bisa membentuk sebuah bangunan megah. Bagaimana sebuah batu pada masa lalu, saat mesin belum ditemukan, bisa berada lebih dari puluhan meter dari tanah padahal batu itu sendiri bukanlah batu bata, melainkan batu gunung yang berat dan keras. Itu yang selalu menajdi misteri bagi saya.

Saya menemukan dunia saya dalam bidang konstruksi, karena saya senang dengan filasafat dasarnya yaitu membangun dari sebuah ketiadaan menjadi ada, dari berbagai elemen yang ringkih menjadi sesuatu yang kokoh. Dan ketertarikan saya akan metode pelaksanaan pembangunan gedung dan manajemen konstruksinya membuat saya tidak pernah habis untuk bertanya dan berpikir. Untuk membagi ilmu yang pernah saya dapat, informasi yang pernah saya kumpulkan, maka blog ini saya buat. Bukan untuk pamer, namun untuk berbagi.

Mudah-mudahan dapat berguna.

Material : Dinding Prefab (2)

Seperti diutarakan pada judul sebelumnya (Material : Dinding Prefab), bahwa meteode pelaksanaan dinding prefab memiliki beberapa metode. Berikut adalah dua metode yang pernah diterapkan.

1. Pemasangan Bata Ringan dengan Metode tegak.
Sederhananya metode ini membuat dinding prefab layaknya membuat dinding secara konvensional, artinya dalam posisi berdiri.
Karena setiap bagian prefab memiliki ukuran yang berbeda maka sebelum memulai maka dibikin dahulu rangka kerjanya yaitu di sisi kiri kanan dan sisi bawah. Kegunaannya agar ukuran prefab semuanya sama.
Kemudian tulangan kolom praktis dibuat, termasuk di dalamnya hook untuk mengangkat prefab nantinya dan juga yang tidak boleh dilupakan adalah besi plat embedded yang berfungsi sebagai sambungan dengan bangunan nantinya. Setelah semua besi terpasan, maka kolom dan balok penyangga di cor. Setelah pengecoran selesai, didiamkan terlebih dahulu seperti halnya pada saat pembuatan kolom praktis pada dinding konvensional. Ketika sudah siap, baru pemasangan bata ringan (celcon dilakukan) kemudian diplester dan di aci. Ketika pemasangan bata celcon, openingan-openingan pun turut dibuat. Setelah semuanya selesai, kemudian dinding di plester dan diaci. Ketika dinding sudah kering, dinding diberi sealer sebelum diangkat dan dipasang pada posisinya.

Kelebihan :
1. Tidak memerlukan keahlian khusus karena seperti melaksanakan pekerjaan dinding konvensional namun tetap memerlukan ketelitian dalam pengerjaannya, terutama menyangkut perkuatan-perkuatan dinding
2. Tidak memerlukan lahan yang luas
3. Cepat dalam pengerjaannya
4. Resiko Retak rambut akibat beban sendiri dapat dikurangi

Kekurangan :
1. Karena seperti halnya pengerjaan dinding konvensional, maka resiko plesteran dan acian yang tidak rata masih masih besar kemungkinannya terjadi
2. Karena pengerjaannya tegak, maka untuk area-area yang tinggi kadang kurang mendapatkan perhatian

2. Pemasangan Bata Ringan dengan Metode Tidur
Metode yang kedua ini membuat dinding prefab dengan posisi dindingnya tidur. Untuk metode ini yang perlu diperhatikan adalah lapisan bawahnya. Karena metode ini menggunakan alas bawah sebagai alat untuk menjamin kerataan dinding.
Jadi sebelum memulai, bagian alas diberikan lapisan yang rata dan keras. Setelah diukur sesuai dengan kebutuhan dan dibuat tanda, maka bagian tersebut diolesi minyak solar (atau sejenisnya yang membuat lapisan plester nantinya tidak menempel dengan bagian bawahnya). Setelah itu digelar lapisan plesteran. Tidak menunggu hingga kering, kemudian dipasang besi tukangan kolom dan balok dinding, embedded tetap tidak boleh dilupakan. Kemudian dipasang celconnya. Pada pertama kali gelaran, ukuran sudah termasuk area-area openingan. Setelah semuanya selesai baru kolom praktis dicor. Kemudian dinding dibiarkan agar mengeras.
Setelah agak keras, kemudian lapisan atasnya mulai diplester kemudian diaci. Dinding dibiarkan kembali mengeras. Langkah selanjutnya dinding diangkat, dan bagian bawah yang belum diaci, kemudian diaci dan sebelum diangkat dinding diberi sealer terlebih dahulu.

Kelebihan :
1. Karena mengerjakannya dengan posisi tidur maka kerataan dinding dapat lebih dijaga.
2. Semua area dapat terjangkau dan ketelitian pemasangan besi embeded dan lainnya dapat lebih terjaga.

Kekurangan :
1. Area pekerjaan yang dibutuhkan cukup luas. Contohnya untuk satu dinding, maka area yang dibutuhkan adalah luas dinding tersebut ditambah area bebas antar dinding
2. Pada proses pengangkatan dari posisi tidur ke posisi tegak, sangat rentan terjadinya retak karena gaya puntir yang dihasilkan dari alat pengangkat. Sebenarnya dapat dicegah dengan mengangkat cetakan bawahnya sekaligus, namun juga akan membutuhkan alat yang tidak sederhana juga
3. Alas yang menjadi acuan kerataan dapat menajdi bumerang manakala als tersebut tidak mampu menahan beban yang dihasilkan. Pada akhirnya plester bagian bawah tidak melekat sempurna dengan celcon. Dan ketika dipasang akan rentan sekali menjadi kopong yang lepas.
4. Agar menghasilkan dinding yang baik, maka membutuhkan keahlian yang khusus terutama ketika mengangkat dinding tersebut dari tidur menjadi tegak, menggelar plester dan memasang celcon yang cepat sehingga plester dapat menempel sempurna dengan celcon.

Tentunya dalam pelaksanaan di lapangan, ketelitian pengawas dan keahlian pekerja menjadi kunci sehingga dinding prefab yang layak pasang lebih banyak, dan penggunaan material tidak boros.
* keterangan di atas adalah hasil pengalaman dari proyek yang oernah diikuti.

Sabtu, 24 Januari 2009

Material : Dinding Prefab

Dalam konstruksi sebuah bangunan gedung, dinding adalah salah satu item yang pasti ada baik untuk interior maupun eksterior. Untuk dinding interior, saat ini banyak material dan juga metode alternatif di samping pasangan batu bata konvensional. Untuk Eksterior, beberapa bangunan memadukan antara beberapa material misalnya dinding bata yang dipadu dengan dinding kaca atau lainnya.

Namun yang umum digunakan untuk eksterior adalah dinding yang terbuat dari pasangan bata dengan finishing plester aci. Dalam pelaksanaannya, tipe dinding eksterior seperti ini, kini sudah memiliki metode alternatif, salah satunya adalah dinding prefab. Yang dimaksud dengan dinding prefab adalah dinding yang dibuat sebelumnya di luar lokasi pembangunan dan dalam bentuk yang sudah jadi dipasang pada lokasi pembangunan yang sudah ditentukan.

Pada salah satu proyek yang pernah saya ikuti, dinding prefab terbuat dari pasangan bata ringan (celcon). Dinding tersebut dibagi-bagi menjadi beberapa tipe sesuai dengan gambar, diplester dan di aci. Sebelum di pasang pada lokasinya, dinding tersebut sudah diberi cat dasaran pertama.

Pemasangannya membutuhkan alat tower crane sebagai pengangkutnya kemudian direposisi dengan menggunakan tuckle sebelum akhirnya di las. Penggunaan tower crane ini lebih disebabkan karena tinggi bangunan yang mencapai 32 lantai dan juga lahan yang tidak memungkinkan untuk penggunaan alat tambahan. Untuk bangunan gedung yang tidak tinggi penggunaan ini bisa digantikan dengan lainnya misalnya mobile crane.

Keuntungan yang utama dari penggunaan dinding prefab adalah pelaksanaan yang lebih cepat ketimbang melaksanakannya dengan metode konvensional.

Kamis, 22 Januari 2009

MATERIAL : Batu Bata Versus AAC Block (bata ringan)

Pada masa lalu, material yang utama yang digunakan sebagai pasangan dinding adalah batu bata yang terbuat dalam lempung yang dibakar. Seiring dengan perkembangan jaman, maka muncul berbagai alternatif lainnya. Dan saat ini, material untuk pemasangan dinding yang sedang populer selain batu bata adalah AAC Block atau Bata ringan. Tercatat minimal ada dua produk yang beredar di pasaran yaitu produk jaya celcon dan hebel.

Kemudian apakah kelebihan dan kekurangan batu bata dengan bata ringan? Berikut uraiannya.

Kelebihan Batu Bata :
  1. Tidak memerlukan keahlian lebih untuk memasang bata
  2. Ukurannya yang kecil memudahkan untuk pengangkutan untuk jumlah kecil atau membentuk bidang-bidang yang kecil
  3. Murah per buahnya
  4. Mudah ditemukan
  5. Perekatnya tidak perlu yang khusus

Kekurangan Batu Bata :
  1. Sulit untuk membuat pasangan bata yang rapi
  2. Siarnya besar-besar cenderung boros dalam penggunaan material perekatnya.
  3. Kualitas yang kurang beragam dan juga ukuran yang jarang sama membuat wastenya dapat lebih banyak
  4. Karena sulit mendapatkan pasangan yang cukup rapi, maka dibutuhkan pelsteran yang cukup tebal untuk menghasilkan dinding yang cukup rata

Kelebihan AAC Block (bata ringan) :
  1. AAC Block atau singkatan dari Autoclaved Aerated Concrete Block memiliki ukuran dan kualitas yang seragam sehingga dapat dengan mudah menghasilkan pasangan bata yang rapi
  2. Tidak memerlukan siar yang tebal sehingga menghemat penggunaan perekat
  3. Lebih ringan dari pada bata biasa sehingga memperkecil beban struktur. Selain itu karena ringan, pengangkutannya dapat lebih mudah dilakukan
  4. Karena ukurannya yang lebih besar dari bata biasa maka pelaksanaannya lebih cepat daripada pemakaian bata biasa
  5. Tidak diperlukan plesteran yang tebal, umumnya ditentukan hanya 2,5 cm saja.
Kekurangan AAC Block (bata ringan) :
  1. Karena ukurannya yang besar, untuk ukuran yang tanggung, akan memakan waste yang cukup besar
  2. Perekat yang digunakan harus disesuaikan dengan ketentuan produsennya. Umumnya adalah semen instan, yang saat ini sudah tersedia di lapangan.
  3. Diperlukan keahlian tambahan untuk tukang yang akan memasangnnya, karena dampaknya berakibat pada waste dan mutu pemasangan.
  4. Jika terkena air, maka untuk menjadi benar-benar kering dibutuhkan waktu yang lebih lama dari bata biasa. Kalau tetap dipaksakan diplester sebelum kering maka akan timbul bercak kuning pada plesterannya.
Seperti halnya benda-benda lainnya, keduanya akan sangat bermanfaat jika penggunaannya sesuai dengan kondisi dan kemampuan aplikatornya. Semoga uraiann ini berguna bagi pengambilan keputusan ini.

* keterangan di atas adalah hasil pengamatan di lapangan dalam berbagai kesempatan. Tidak tertutup kemungkinan adanya perbedaan dari keterangan pihak lainnya.

Resiko Yang Akan Terjadi : PEMASANGAN DINDING BATA/BATA RINGAN (2)

Dinding tidak lurus

Penyebab :

Tukang kurang memperhatikan tanda marking (acuan) atau tanda marking kurang jelas (tertutup kotoran). Marking yang digunakan tipe yang pertama (yang hanya memiliki satu garis yaitu as dinding) sehingga tukang kesulitan memperhatikan kelurusan dinding.

Perbaikan :

Kesalahan ini akan sangat terasa jika berada pada area koridor (area yang memiliki dinding yang panjang). Dinding yang tidak sesuai dengan rencana harus di ulang kembali, dan pastikan marking kembali di buat dan acuan di buat juga.

Pencegahan :

Pada sudutan dalam dapat dicek dengan menggunakan siku yang besar (dinding celcon lebih mudah di cek daripada dinding batu merah karena relatif lebih rata). Dan dari acuan marking yang tersedia (pinjaman) diukur, kemudian dicocokkan dengan gambar rencana.

Rabu, 21 Januari 2009

Resiko Yang Akan Terjadi : PEMASANGAN DINDING BATA/BATA RINGAN

Dinding tidak lurus secara Vertikal

Penyebab :


Pada saat pemasangan bata/celcon, tukang tidak memasang jidar (acuan), atau memasang jidar namun tidak mengecek kembali vertikalitas jidar dengan menggunakan LOD. Atau tukang memasang jidar namu material yang digunakan sebagai Jidar tidak memenuhi kriteria (yang disarankan adalah Jidar Aluminium) seperti kaso atau B nol film yang sudah dibelah namun tidak diserut kembali agar lurus, besi hollow atau lain sebagainya yang mudah berdeformasi.

Perbaikan :

Jika dinding belum terlalu miring, maka dapat dilakukan langkah ciping ketika akan melakukan plesteran. Namun perlu diperhatikan ketebalan dinding setelah proses ciping tadi. Jika menjadi terlalu tipis makan dinding harus dibongkar dan dipasang kembali. Langkah ini harus segera diambil karena jika proses ini diabaikan maka hasil akhir dari pekerjaan di belakangnya (plester dan aci) akan tidak memenuhi standar.

Pencegahan :

Pengawas lapangan sesering mungkin mengecek proses dan hasil pekerjaan tukang sehingga jika ada kesalahan dapat terdeteksi lebih awal dan pemecahannya masih jauh lebih mudah dan murah. Jangan memperbolehkan tukang melepaskan jidar sebelum mencapai tinggi dinding yang diperkenankan ( misal sudah mencapai 3/4 tinggi dinding).